Analysis Of Kritik Tradisi

1568 Words4 Pages

Kritik Tradisi dalam Perempuan di Titik Nol. Tradisi adalah hal yang berharga. Indonesia, misalnya, mempunyai ribu-ribuan tradisi yang membuat identitas Indonesia unik dan spesial. Tetapi, ada banyak tradisi-tradisi yang lebih baik dimusnahkan. Banyak tradisi-tradisi tidak manusiawi dan tidak menghormati hak asasi manusia. Salah satu tipe tradisi-tradisi ini adalah tradisi-tradisi yang membuat wanita harus menerima status yang lebih rendah. Ini, sayangnya, masih umum di dunia Arab. Di buku Perempuan Di Titik Nol, Nawal el Saadawi menceritakan bagaimana negeri yang mengikuti tradisi-tradisi ini melukai wanita-wanita yang tinggal didalamnya. Salah satu tujuan Perempuan di Titik Nol adalah untuk mengkritik tradisi-tradisi ini. Ini bisa dilihat bagaimana tradisi mengamibil kekuasaan untuk membuat keputusan untuk diri sendiri dari Firdaus, dari bagaimana ketidakadilan tradisi membuat Firdaus merasa tidak memiliki tubuhnya sendiri, dan bagaimana, seperti Firdaus menyadari, bahwa konsep hormat di tradisi Mesir dan Islam hanya adalah perangkap yang dirancang untuk menempatkan perempuan pada kekuasaan laki-laki. Tradisi mengamibil kekuasaan untuk menentukan nasib diri sendiri dari Firdaus. Ini bisa dilihat dengan bagaimana Firdaus terpaksa menikahi Syeikh Mahmoud, dan bagaimana Syeikh Mahmoud dapat memukulnya tanpa melanggar hukum apapun. Firdaus tidak bisa berkata tidak, dia tidak bisa menolak pernikahannya karena dalam tradisi mereka, hak untuk menikahinya berada dalam tangan orang tuanya, yang sekarang paman dan istri pamannya. Sheikh Mahmoud egois dan pelit dan memukul Firdaus. Deformitas wajah-Nya adalah pembengkakan besar di dagunya dengan lubang di tengah yang bocor nanah. Setelah satu pemukulan buruk, Firdaus lari. Dia tidak bisa ... ... middle of paper ... ...mat di tradisi Mesir dan Islam hanya adalah perangkap yang dirancang untuk menempatkan perempuan pada kekuasaan laki-laki. Karena ketidakadilan tradisi-tradisi di PDTN, Firdaus menolak tradisi dan moralitas tradisional untuk menentukan nasibnya sendiri. Di dunia nyata, masih banyak tradisi-tradisi yang tidak adil, khususnya di dunia Arab. Tradisi-tradisi ini menghancurkan potensi banyak orang yang bisa menjadi manusia yang produktif di negeri mereka, seperti bagaimana Firdaus adalah wanita yang sangat cermat, tetapi dia menjadi wanita tuna susila karena ketidakadilan tradisi di komunitasnya. Di dunia nyata, kita seharusnya menolak dan menghancurkan tradisi-tradisi yang tidak adil, tradisi-tradisi yang menghancurkan potensi kita, agar kita bisa secara maksimal menggunakan potensi ini untuk diri kita sendiri, untuk komunitas dan negeri, dan untuk Tuhan yang Maha Esa.

Open Document